Hal itu dia ungkapkan saat memberikan pidato politik pada acara 17 Tahun Partai Demokrat di Jakarta Theater, Senin (17/9).
"Alhamdulillah, ternyata rakyat masih mengingat apa yang saya alami, dan apa yang dilakukan oleh pemerintahan SBY bersama Partai Demokrat selama 10 tahun dulu," kata SBY.
Dalam pidatonya, presiden RI ke-6 itu menyinggung sejumlah keberhasilan pemerintahannya. Mulai dari bidang ekonomi, hukum, dan demokrasi.
SBY bercerita, waktu itu, dia dan rombongan Partai Demokrat baru selesai istirahat di Batang, Jawa Tengah.
"Saat menuju bis, tiba-tiba seorang Ibu separuh baya mencegat saya. Dengan gugup, agak terbata-bata, ia mengucapkan terima kasih kepada saya. Rupanya ia dan suaminya termasuk dalam satu juta lebih pegawai honorer yang diangkat jadi PNS, saat saya masih menjadi Presiden," katanya.
Di Jawa Barat, saat mengunjungi pasar Bubulak, Bogor, dia juga tiba-tiba dihampiri seorang Ibu yang matanya berkaca-kaca.
Sambil berlinang air mata, Ibu itu mengatakan, "Bapak, saya sangat senang bertemu sama Bapak. Saya hanya ingin berterima kasih, karena saya sekeluarga sangat tertolong dengan program bantuan sosial pemerintahan Bapak. Saya orang miskin Pak, tetapi berkat program Bidikmisi, sekarang anak saya jadi sarjana.
Keberhasilan itu merupakan sebagian kecil dari pemerintahan SBY yang dikenang rakyat.
"Saya memimpin Indonesia dengan dukungan Partai Demokrat, kita jalankan berbagai program prorakyat, untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan," katanya.
Dia menyebutkan bahwa pemerintahannya memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ketika daya beli rakyat amat rendah dan tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
"Kita memberikan Raskin, dan menjalankan PKH bagi rakyat yang sangat miskin. Kita menjalankan Jamkesmas dan BPJS untuk membantu pelayanan kesehatan bagi rakyat kita. Kita memberikan bantuan kepada Lansia dan penyandang disabilitas," katanya.
Tak hanya itu, SBY juga menyinggung program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) untuk melakukan pembangunan di kecamatan termasuk infrastruktur di desa-desa," katanya.
Program-program prorakyat itu, kata SBY, jelas membutuhkan anggaran yang besar. Sebagian dari padanya, merupakan subsidi.
"Ada yang mengkritik saya dan tidak setuju dengan banyaknya anggaran yang tersedot untuk program prorakyat ini. Bahkan ada yang mengatakan program-program ini tidak produktif dan konsumtif sifatnya," katanya.
Di bidang ekonomi, SBY mengatakan selama 10 tahun, pertumbuhan ekonomi tumbuh rata-rata 6 persen. Kemudian pengangguran turun dari 9,9 persen menjadi 5,7 persen.
"Kemiskinan juga turun dari 16,7 persen menjadi 10,96 persen, artinya kita bisa menurunkan angka kemiskinan sekitar 6 persen, atau setara dengan 8,6 juta orang yang keluar dari jerat kemiskinan," katanya
Tak hanya itu, pendapatan per kapita di era SBY juga naik lebih dari 3 kali lipat dari Rp10,55 Juta menjadi Rp36,5 Juta.
"Artinya kenaikan tajam ini membuktikan bahwa kehidupan rakyat kita makin sejahtera. Rasio utang Pemerintah terhadap PDB juga menurun tajam dari 56,6 persen menjadi 25,6 persen, termasuk dapat kita lunasinya utang IMF lebih cepat dari jadwalnya," katanya.
Masih di bidang ekonomi, selama 10 tahun, SBY mengatakantelah membangun pertanian, perindustrian, energi, transportasi dan infrastruktur di seluruh tanah air.
"Listrik kita tingkatkan secara signifikan dari 25.000 Mega Watt menjadi 50.000 Mega Watt atau naik 100 persen," katanya.
Sementara infrastruktur fisik yang dibangun bukan hanya prasarana perhubungan, tetapi juga prasarana pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain-lain.
"Dan bukan hanya di kota-kota besar tetapi juga di daerah pedesaan," katanya.
No comments:
Post a Comment