Menanggapi hal ini, managing director Grab Indonesia Ridzky Kramadibrata meyakini bahwa kenaikan tarif dasar bukanlah solusi, karena hanya akan mengurangi jumlah pelanggan dari jasa ride-hailing.
Ridzky mengatakan pihaknya telah melakukan survei terhadap sejumlah pelanggan ojek online, dan sebagian besar di antara mereka mengaku tidak mau lagi menggunakan jasa ojek online jika tarifnya naik dua kali lipat dari saat ini.
"Kalau penumpang tidak mau naik ojol lagi, yang rugi justru mitra pengemudi, karena pendapatan mereka akan menurun drastis. Hal ini sudah saya jelaskan berkali-kali, bahwa kenaikan tarif itu bukan solusi peningkatan pendapatan," ujar Ridzky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (19/9).Ia menjelaskan, untuk urusan penetapan tarif, Grab menggunakan algoritme supply-demand alias penawaran-permintaan. Pihak Grab percaya bahwa algoritma ini merupakan metode terbaik yang menguntungkan semua pihak.
"Kita percaya dengan algoritme supply-demand kita.Kami investasi teknologi, data scientist, dan lain-lain," tuturnya.
"Itu metode terbaik yang menguntungkan tiga pihak [yakni] penumpang sehingga tarifnya terjangkau, pengemudi karena bisa memaksimalkan penghasilannya dan untuk Grab."
Unjuk rasa mitra pengemudi ojol hari ini diselenggarakan di kantor operasional Grab di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat dan di kantor pusat Grab di Lippo Kuningan Jakarta Selatan.Selain meminta kenaikan tarif dasar, para peserta unjuk rasa juga menuntut keadilan dan transparansi perjanjian antara aplikator dan mitra pengemudi, serta menuntut aplikator untuk menghilangkan potongan komisi sebesar 20 persen. (RBC/evn)
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180919180025-185-331524/grab-sebut-tuntutan-sopir-naikkan-tarif-dasar-tak-relevan/
No comments:
Post a Comment