Salat Iduladha dilaksanakan di masjid-masjid darurat di kawasan Bangladesh selatan, dan hewan-hewan kurban dipotong di lahan berlumpur di sekitar kemah-kemah pengungsian.
Di salah satu daerah pemukiman pengungsi di bukit bernama Kutupalong, seorang muazin memanggil umat untuk melaksanakan salat sembari anak-anak kecil berlarian mengenakan pakaian baru di hari raya ini.
Bagi kebanyakan pengungsi, ini adalah Iduladha pertama sejak mereka diusir secara paksa dari Myanmar tahun lalu. Pasukan militer Myanmar beserta kelompok Buddha militan melakukan 'sweeping' di desa-desa Rohingya pada Agustus 2017 lalu, tepat sebelum Iduladha.
Biasanya, umat Muslim mengurbankan hewan untuk merayakan dan memperingati nabi Ibrahim yang mengorbankan seekor anak domba setelah Allah menghindarkan putra Ibrahim, Ismail dari maut.
Orang-orang yang mampu mengurbankan hewan akan mengonsumsi sebagian daging dari hewan kurbannya, kemudian akan memberikan sisanya kepada orang-orang yang membutuhkan atau disebut sebagai Mustahik.
Di kota Cox's Bazar yang dekat dengan perbatasan Bangladesh-Myanmar, terdapat banyak pengungsi yang hidup di bawah garis kemiskinan. Menjelang Iduladha, terdapat sejumlah besar sapi, kambing, dan domba yang disumbangkan untuk orang-orang yang tidak mampu di daerah tersebut.
Beberapa keluarga yang memiliki harta lebih melakukan 'urunan' untuk membeli hewan kurban berupa sapi atau kambing. Namun, bagi kebanyakan pengungsi, hal-hal seperti itu dipandang sangat mewah dan jauh di luar bayangan mereka.
Pemandangan hewan kurban yang sengaja dibuat gemuk untuk nantinya dipotong terasa pilu di hati seorang anak Rohingya berusia 15 tahun bernama Mohammad Amin. Ia mengenang masakan rumahnya dan hadiah-hadiah yang dulu ia terima di hari raya Iduladha.
"Di sini, kami tidak punya uang untuk mengurbankan sapi dan membeli baju baru," tuturnya kepada AFP. (chs)
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180822131624-106-324137/iduladha-pertama-warga-rohingya-di-pengungsian/
No comments:
Post a Comment