Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengungkapkan alasan pelaku pasar banyak yang melakukan aksi jual belakangan kemungkinan besar disebabkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis (30/8) kemarin, ditutup di level Rp14.680 per dolar AS atau terkoreksi sebesar 0,24 persen. IHSG pun terseret melemah 0,76 persen atau 46,18 poin menjadi 6.018.
"Dua hari ini kan agak turun memang ya (IHSG), tapi sebetulnya pelemahan rupiah kemarin itu kan lebih banyak karena eksternalnya ya," ujarnya, Jumat (31/8).
Misalnya saja, ia menjabarkan sentimen eksternal yang membuat rupiah melemah di antaranya gejolak ekonomi Turki dan Argentina. Inarno mengatakan kondisi tersebut membuat mata uang Argentina dan Turki melemah.
"Argentina itu turunnya sampai tujuh persen ya. Satu hari saja loh itu. Terus mata uang Turki juga turunnya luar biasa," jelas Inarno.
Kendati ekonomi Argentina dan Turki sedang bergejolak, Inarno masih percaya dampak ke pasar saham dalam negeri tak akan begitu lama. Sehingga, investasi di pasar modal dinilai masih menguntungkan untuk jangka panjang.
"Kalau kami lihat dari satu minggu kemarin yah, sebetulnya kalau dari sisi saham dan obligasi itu sebetulnya dana asing masih hijau (ada capital inflow)," terang Inarno.
Makanya, ia berpendapat jika fundamental ekonomi Indonesia masih cukup positif bagi investor yang ingin berinvestasi, baik di saham maupun obligasi.
"Mudah-mudahan tidak lama, seperti Turki kemarin dampaknya ke IHSG juga tidak lama," tandas Inarno.
(bir) https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180831115815-92-326480/efek-rupiah-dan-gejolak-argentina-hanya-sementara-untuk-ihsg/
No comments:
Post a Comment