Namun menjalankan metode ini rupanya tidak semudah membalik telapak tangan, salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah mengubah pola pikir serta kebiasaan membuang sampah.
Untuk itulah salah hotel di Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Alila Seminyak, mengadakan acara diskusi dengan pelaku industri pariwisata dan media bertajuk 'Act Local, Impact Global' pada hari Jumat (31/8).Acara yang dihadiri lebih dari 40 hotel yang bergabung dalam Bali Hotel Association ini, menyatakan komitmennya untuk lebih menaruh perhatian terhadap lingkungan di Bali.
Tak hanya pihak hotel, acara ini juga dihadiri oleh organisasi yang peduli terhadap lingkungan yakni One Island One Voice dan Java Mountain Coffee.
Sebagai tuan rumah, Alila berbagi cerita tentang apa yang telah mereka lakukan dalam upaya mengolah sampah dan menghasilkan pundi-pundi dari sampah tersebut.
General Manager Alila Seminyak, Pierre Lang, menuturkan bahwa pihaknya menghemat pengeluaran sampai US$1,2 juta (sekitar Rp17,7 miliar) sejak mengolah limbah-limbah yang dihasilkan.
Limbah-limbah itu terdiri dari bahan organik maupun anorganik.
"Untuk mensuplai keperluan bahan makanan, kami punya taman organik. Mulai dari hulu hingga ke hilir, bisa dikatakan merupakan hasil dari pengunjung," ujar Pierre, kepada para tamu yang hadir di Alila.
Pada awalnya, Pierre melanjutkan, memang dibutuhkan investasi untuk mengolah limbah-limbah tersebut.
Mungkin bagi beberapa pihak, investasi itu terasa memberatkan tapi sebenarnya hal itu justru mennguntungkan karena tidak perlu waktu lama untuk mengembalikan modal awalnya.
Ia bahkan mengajak kawan-kawannya dari industri perhotelan agar jangan ragu untuk mengolah limbah dengan mendaur ulang, karena hal tersebut pada akhirnya justru sangat menguntungkan industri perhotelan.
Bali sebagai contoh
Menanggapi apa yang telah dilakukan oleh Alila, salah satu pelopor gerakan One Island One Voice Melati Wijsen mengatakan anak muda juga harus berperan aktif dalam setiap kegiatan yang menjaga kelestarian alam, khususnya di Bali.
Pada bulan Februari 2018, Melati dan kawan-kawannya melakukan aksi bersih-bersih sampah yang berhasil mengerahkan 12.000 orang dalam 55 lokasi untuk membersihkan sekitar 40 ton sampah.
Menurutnya sebagian besar sampah yang ditemukana adalah sampah plastik.
Hal itu membuatnya yakin bahwa suatu saat Bali akan lebih baik.
"Bali akan segera meninggalkan industri plastik, dengan atau tanpa (bantuan) pemerintah," ujar Melati.
Sementara itu perwakilan dari Java Mountain Coffee, Intan Westlake, mengatakan salah satu penyumbang sampah di industri perhotelan adalah coffee capsule atau wadah kopi yang terbuang dari mesin pembuat kopi di kamar hotel.
Selama ini, ia menambahkan, selongsongnya yang terbuat dari aluminium atau pastik yang menjadi musuh utama di alam.
Kini pihaknya menawarkan selongsong yang terbuat dari bahan ramah lingungan, yang bisa terurai sendiri dalam waktu 90 hari.
Tak hanya itu, Java Mountain Coffee juga peduli terhadap para petani wanita yang nasibnya kurang diperhatikan dalam industri kopi.
Intan menuturkan 10 persen dari hasil penjualan akan diserahkan kepada petani-petani kopi wanita, demi kemaslahatannya.
Menurutnya Bali bisa menjadi contoh baik bagi daerah-daerah lain di indonesia yang ingin mengembangkan sektor pariwisata, khususnya pariwisata berkelanjutan.
(ard)
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180831143621-269-326539/coffee-capsule-sumbang-masalah-sampah-di-bali/
No comments:
Post a Comment